Jumat, 17 Desember 2010

Hakikat Kritik Sastra

Istilah “Kritik Sastra” muncul pertama kali di Yunani dan telah memiliki sejarah yang sangat lama.

1. 500 SM: Xenophanes dan Heraclitus mengecam karya-karya Homerus (senang mengisahkan cerita-cerita tidak senonoh dan bohong tentang dewa-dewi). Karya sastra yang baik adalah karya yang memiliki nilai moral.

2. 405 SM: Aristophanes mengkritik karya-karya Euripides (terlalu menjunjung tinggi nilai kesenian dan kurang memperhatikan nilai-nilai sosial, yang telah dijunjung tinggi oleh penyair sebelumnya, yaitu Aeschylus).

3. 347 SM: Plato melalui bukunya “Republic”menuntut bah- wa setiap karya sastra dipandang baik bila memiliki tiga unsur, yaitu: (a) memberikan ajaran moral yang lebih tinggi; (b) memberikan kenikmatan; dan (c) memberikan ketepatan dalam wujud pengungkapannya.

4. 322: Aristoteles telah menemukan bentuk kritik sastra dalam sastra Yunani klasik dengan munculnya buku “Peotica”. Buku ini menjadi sumber pemikiran kritik sas-tra selanjutnya sampai pada masa Renaisance di Eropa.

Aristoteles merupakan murid Plato yang berani menyanggah gurunya, dari karya sastra yang bersifat mimetik (tiruan yang jauh dari dunia ide) menjadi karya sastra imajinatif sebagai alternatif dunia model pengarang.
Pada masa Renaisance (Eropa), Polizianus (1492) menggunakan Criticus dan Grammaticus tanpa memberikan perbedaan (semuanya ditujukan bagi orang yang menekuni sastra pustaka lama). Pada masa Erasmus muncul istilah Ars Critica pada Al Kitab sebagai alat penggunaan dalam penerangan hidup. Di kalangan kaum humanis, istilah Kritik atau Kritikus digunakan untuk hal-hal yang berkait dengan penerbitan naskah kuno.

Tujuan kritikus adalah mencabuti cacat dan kekeliruan guna perbaikan naskah-naskah karya para pujangga kuno baik dalam bahasa Yunani maupun Latin atau untuk perbaikan cara membaca.

Muncul buku Critucus karangan Julius Caesar Scaliger (1484-1558) merupakan buku kritik yang pertama dan lengkap, yang kemudian dipandang sebagai sumber dari pengertian kritik modern berisi penyelidikan dan perbandingan antara pujangga-pujangga Yunani dan Latin dengan titik tekan pada usaha pertimbangan, penyejajaran, dan penghakiman terhadap Homerus guna mengagungkan Virgillius. Berkat usahanya ini, ia mendapat julukan Le Grand Critique dari kalangan sastrawan Perancis.

Dalam sastra Inggris, Francis Bacon menggunakan istilah kritik dengan memiliki ciri-ciri berkaitan dengan:
1. Perbaikan penerbitan karya para pujangga.
2. Pembeberan dan penguraian karya-karya pujangga
3. Zaman yang dapat memberikan petunjuk untuk dapat melakukan pe-
nafsiran yang benar
4. Penghakiman dan penentuan nilai karya para pujangga secara singkat
5. Sintaksis (tata kalimat) dan penjelasan-penjelasannya.

Heinsius (1623) memberi julukan Aristoteles sebagai “kritikus atau penghakim yang baik”. Tugas kritikus atau penghakim yang baik adalah menentukan nilai karya sastra dan pengarangnya secara jujur. Dalam sastra Inggris abad XVII, istilah “critic” dipakai baik untuk menunjuk orang yang melakukan kritik (kritikus) atau kritik itu sendiri. Dalam perkembangannya, istilah ”critic” untuk menunjuk kritik sastra muncullah istilah “criticism” (penilaian sastra secara benar). Istilah ini memiliki cakupan yang luas dan luwes: criticism berarti kecaman, kupasan yang berkait dengan masalah buku “karya sastra”. Pada abad 20, penggunaan “criticism” makin kokoh dan meluas dengan terbitnya “Principles of Literary Criticism” (1924) karya IA Richards, tahun 1941 muncul “The New Criticism” dari JC Ranson, tahun 1957 terbit buku “Anatomy of Criticism” karya Northrop Frye, dan tahun 1970 terbit buku “Concept of Criticism” dari Rene Wellek dan Austin Warren.

Senin, 22 November 2010

Cara Membuat RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Format RPP:


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran  : …
Kelas/Semester : …
Pertemuan Ke-  : …
Alokasi Waktu  : …
Standar Kompetensi : …
Kompetensi Dasar  : …
Indikator  : …

I. Tujuan Pembelajaran : …
II. Materi Ajar : …
III. Metode Pembelajaran: …
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
           Pertemuan pertama,
           Kegiatan Awal: …
           Kegiatan Inti: …
           Kegiatan Akhir: …
           Pertemuan kedua, dst.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar: …
VI. Penilaian: …




Langkah-langkah Menyusun RPP:

1. Mengisi kolom identitas.

2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan.

3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan ( terdapat pada silabus yang telah disusun).

4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.).

5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran.

6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.

8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan.

9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll.



           Versi Power Point


Untuk Download contoh RPP silakan klik di sini!!


Sumber: RPP Sarwiji Suwandi

Minggu, 21 November 2010

Wiji Thukul Wijaya

Wiji Thukul Wijaya, lahir di Solo, 26 Agustus 1963. penyair arus bawah, drop out an yang ancap membersamai demo kaum buruh, bergabung dengan PRD, Ketua Jakker, pelatih grup Teater Sukabanjir. Pernah disiksa aparat, kini raib dinyatakan orang hilang kurban keganasan Orde Baru pada masa reformasi 1998. Puisi-puisinya sangat merakyat, lugas, direkam dari kehidupan buruh kasardan perkampungan kumuh. Yang paling terkenal adalah puisinya yang berjudul Peringatan dan semboyannya yang lantangyang acap terlontar dari tubuhnya yang ringkih Hanya Ada Satu Kata: LAWAN!

Meski berpendidikan rendah, Wiji Thukul pernah mengikuti 3 Rd Asia Pasifik Trainer’s l’raving Workshop on Cultural Action di Korsel(1990) dan menerima Wrtheimen couragemward dan Werthein Stechting di Netherland (1991). Thukul pernah pula berkesempatan membacakan sajak-sajaknya di Australia (1992). Di kampus-kampus Indonesia, Thukul mengusung citra penyair pengamen. Antologi puisinya Mencari Tanah Lapang (1994), Tumis Kangkung Comberan (1996), Aku Ingin Jadi Peluru (2000); Puisi Pelo; Darman. Puisi-puisinya juga dimuat dalam antologi bersama penyair lain Kicau Kepodang (1993); Suara Sumbang Sini; Dari Negeri Poci 2.

Contoh-contoh Puisinya:

Peringatan

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus berhati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subpersif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: LAWAN!

Solo 1986 dari AIJP (Aku Ingin Jadi Peluru)


Bunga dan Tembok

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak kau kehendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami adalah bunga
Yang dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga
Engkau adalah tembok
Tapi ditubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat, kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: Engkau Harus Hancur

Dalam keyakinan kami
Dimanapun tirani bisa tumbang

Solo 1986, AIJP (Aku Ingin Jadi Peluru)